Rabu, 28 Maret 2012

Kenangan Bersamamu

Andai airmataku dapat mengukir tangga menuju surga
Akan kudaki dan mengajakmu kembali ke rumah kita
Tak ada kata berpisah, semua sekejap mata
Tiba tiba engkau tiada.
Tak seorangpun memahami arti kehilangan ini
Hatiku hancur berkeping lara, Tetes airmataku tak henti jua
Tak mungkin lagi kutemui , cinta tulus tanpa pamrih
Darimu malaikatku.
Tiba tiba dua orang polisi datang ke rumahku, kata mereka mamaku kecelakaan tapi lukanya tidak parah, aku diminta segera ke RSCM. Sebelum pamit pergi, pak polisi menyerahkan tas mama berisi alkitab , KTP dan sejumlah uang. Aku berteriak histeris hingga tetangga berdatangan. Baru kemarin kami makan bersama, bercanda dan tertawa. Tiba-tiba aku mendapat berita duka. Hidup ternyata sebuah teka teki, kita tak tahu apa yang akan terjadi sedetik nanti, kecuali Allah yang Maha Mengetahui.
Dalam perjalanan kerumah sakit aku terus menangis, membayangkan luka luka mamaku yang katanya tidak parah. Ditemani kak Rudy , kami menuju bagian informasi. Kutanya dimana kamar tempat mama kami dirawat.
“ Ibu anda ada di ruang jenazah.”
Aku pingsan seketika , ketika sadar kumenjerit memanggilnya, tapi suara lembut itu tak terdengar lagi, ternyata mamaku telah pergi. Aku protes pada Tuhan, mengapa Dia mengambil mamaku disaat beliau sedang bahagia.
Minggu pagi itu mamaku baru saja pulang dari gereja di wilayah Kebun Jeruk. Ketika hendak menyebrang jalan, sebuah motor trailer berkecepatan tinggi menghantamnya seketika. Mamaku dibawa ambulance dan meninggal dalam perjalanan.
Aku dan keluarga lain diberi kesempatan melihat jenasah mama. Ya Allah tak dapat kubayangkan sakit yang dideritanya sebelum ajal tiba. Lengan kirinya patah, dari mata, telinga , mulut dan hidung keluar darah. Aku menjerit histeris memeluknya, menciumi wajahnya…
“ Bangun mama! Banguuun!!.ini akuu. Jangan tinggalkan aku mama, tak ada yang sayang aku lagi…” Tiba tiba kak Rudy menamparku lalu menangis memelukku.
Hatiku makin sakit ketika tahu sipenabrak tak pernah mendapat hukuman, hanya ditahan sebentar lalu dilepaskan. Hanya karena ayah sipenabrak seorang pengusaha kaya. Sungguh sampai mati aku tak pernah rela.
Bagiku , mama adalah malaikat tak bersayap. Cantik hatinya, cantik pula wajahnya. Berkulit putih bersih, berwajah oval dan beralis tebal. Selalu tersenyum ramah pada siapa saja. Setiap hari mamaku memakai kebaya dan kain encim. Beliau mengajarkan arti cinta, moral yang baik dan kehormatan. Aku tak pernah dimanja, tapi kurasakan kasih tulusnya.
Mamaku wanita cerdas, beliau fasih berbahasa Belanda. Pandai pula mendesign kebaya dengan bordiran bunga bunga indah. Dibantu 5 orang tukang jahit dari Tasikmalaya, Nama mamaku sangat terkenal , beliau satu satunya penjahit kebaya di Sawah Besar.
Hatinya begitu mulia, walau cukup berada  tak lupa pada sesama. Tetangga dan saudara2 yang miskin di datangi dan dibantunya. Kadang diberi modal untuk buka usaha.
Mamaku wanita tegar, suatu ketika kakek salah melangkah. Kulihat beliau berurai airmata dan berkata silahkan tinggalkan saya dan pergilah bersama dia. Walau kakek tak ingin berpisah tapi mamaku tak goyah, katanya “ Cinta itu hanya untuk berdua, tak ada tempat untuk orang ketiga” Sekali dikhianati , tak ada maaf lagi. Aku bangga pada mamaku.
Teringat ketika usiaku 7 tahun, aku begitu takut kehilangan mama. Sering ku terbangun ditengah malam, menatap wajahnya dan memastikan mamaku masih bernapas. Ketika aku remaja , mamaku tegas berpesan agar pandai menjaga diri dan kehormatan.
Meski semula mamaku tak setuju dengan pilihanku, namun hatinya luluh melihat lucunya anak anakku. Setiap beliau datang ke rumah, anak anak berlari menyambutnya sambil berteriak kegirangan dan berebut minta dipeluk.
Sekali mamaku mengatakan bahwa ia ingin aku memiliki anak perempuan. Aku hanya tersenyum, duh empat jagoan udah cukup kerepotan. Ketika kami makan bersama, mamaku suka sekali menyuapiku, katanya walau aku sudah jadi ibu, dimatanya aku tetap gadis kecil yang lucu.
Setiap ada kesempatan, mamaku selalu berpesan, bahwa beliau tak ingin menyusahkan siapapun dan jika meninggal nanti ingin dikremasi. Hidup jangan berharap pada anak, nanti kamu sakit hati. Kata beliau aku ini permata hatinya.
Peti jenasah dimasukan kedalam oven besar, suara serine terdengar kencang. Aku tak sanggup melihatnya dan pingsan lagi. Esoknya aku kembali ke tempat kremasi dan menerima abu jenasah mamaku. Kupeluk guci abu mamaku dengan sepenuh hati, sambil berjalan menuju pantai. Ditemani kak Rudy dan beberapa kerabat, kami berlayar ketengah lautan, lalu abu mamaku ditebarkan. Kapal boat berputar membuat lingkaran, bunga bunga ditaburkan
“ Selamat tinggal mamaku sayang, semoga kita bertemu lagi di alam sana.”
Kapal kembali perlahan menuju pantai, abu jenasah mamaku menghilang ditelan gelombang, hanya bunga bunga masih nampak dikejauhan. Jika tak ingat anak anak tercinta, ingin rasanya kuterjun kelaut lepas. Dengan cepat aku berucap “ Astagfirullah”
Bila aku sedih, mamaku datang dalam mimpi, tersenyum manis dan memelukku dengan erat. Aku percaya beliau bahagia disisiNYA. Setahun kemudian aku hamil lagi dan ternyata bayiku perempuan. Sungguh Allah Maha Kuasa, wajah bayiku mirip mamaku. Apakah ini sebuah reinkarnasi? Entahlah.
Sesungguhnya mamaku adalah nenekku. Beliau memiliki dua orang anak yaitu ibuku dan pamanku yang kupanggil kak Rudy. Mama merawatku sejak bayi ketika kedua orang tuaku berpisah. Jumpa pertama dengan ibu kandung ketika usiaku 9 tahun, bertemu ayah kandung ketika usiaku 17 tahun. Tak kurasakan kasih kedua orang tuaku, namun kasih sayang mama mengisi hidupku.
Pada hari ini , 29 Maret 2012 adalah peringatan 30 tahun meninggalnya mamaku. Kupetik bunga mawar merah  dan kuletakan dekat photo mamaku,  lalu aku berdoa.
Tanpa kasihmu , entah aku ada dimana. Kuingat selalu nasihatmu, kemanapun kaki melangkah.
“ Bunda, ada dan tiada dirimu, kan selalu ada dalam hatiku” (Melly Guslaw)

1 komentar: