Kalau kita hendak pulkam, biasanya teman teman suka nitip ini itu untuk keluarga mereka di Indonesia. Sungguh aku rela banget dititipin apapun asal syaratnya tak berat karena barang bawaan buat keluarga juga banyak.
Dari tahun 1999 sampai 2006 , setahun sekali saya mengunjungi anak yang menetap di Amerika. Biasanya saya tinggal selama enam bulan (sesuai izin tinggal) lalu kembali ke Indonesia. Selama itu pula setiap hendak pulang teman temanku nitip sesuatu, seperti barang barang kecil atau uang. Seperti Lina sahabatku pernah menitip laptop yang harganya cukup wah, untuk anaknya yang kuliah di kedokteran. Tentu saja aku harus hati hati membawanya. Ada juga sahabat lain sebut saja Rina yang nitip mainan untuk cucu lelakinya. Lalu keluarga mereka datang ke rumah ku untuk mengambil titipan.
Begitu pula ketika aku sudah menetap di Australia, kadang antar teman saling titip dan kami tak pernah ada masalah, karena kami saling mengerti.
Ada peristiwa tak mengenakkan di tahun 2006, Rina mau menitip lagi mainan katanya untuk cucu tercinta. Aku bilang silahkan saja asal tidak berat karena koper besarku penuh juga.
Ketika Rina datang ke rumah, aku kaget sekali ..yaa Allah….. titipannya segede gaban. Sebuah motor motoran plastik yang kalau di tenteng berat, dimasuk koper kagak muat. Aku dan Rina sudah mencoba memasukan kedalam koper dengan melepas kardus mainan tsb, tapi tetap tak muat karena rodanya besar.
Hatiku ngga enak sama Rina, wajahnya kelihatan kecewa, lalu aku bicara dengan hati hati,
” Maaf Rin, aku ngga bisa bawa mainan ini. Di koper ngga muat, di tenteng berat..maaf banget ya Rin.”
Tiba tiba Rina berdiri lalu membanting mainan itu.
” Kalau ngga mau dititipin ngomong aja! gue juga bisa kirim pake DHL!!”
Lalu Rina pergi tanpa pamit sambil membawa mainan itu dan membanting pintu rumahku.
Aku tertegun, inikah sifat asli sahabatku yang sudah lama kukenal? Atau ia sedang ada masalah hingga tampak uring uringan. Entahlah…..
Berkali kali aku sms dan minta maaf pada Rina karena tak bisa membawa mainan untuk cucunya, tapi dia tak mau membalas. Jika aku telpon , ia tak mau mengangkat. Aku sedih kehilangan sahabat, tapi haruskah memaksa seseorang yang tak mau lagi berteman denganku?
Dulu bawa titipan dari New York ke Jakarta aku tak masalah, apalagi Perth - Jakarta yang dekat jaraknya. Sungguh tak masalah bagiku jika ada teman ingin titip sesuatu, asal bukan barang terlarang dan tak berat saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar